MENASIHATI BUKAN SETAKAT BERKATA2 SAHAJA
! Petikan drp Kolum Mahmudah Dlm Majalah Solusi, catatan Syikhuna Us Umar Muhd Nur
by Ustaz Zahazan Mohamed on Tuesday, 31 August 2010 at 08:40
Jarir bin Abdillah Al-Bajali (w.51 H) seorang sahabat Nabi s.a.w. yang sangat kacak rupanya. Khalifah Umar bin Al-Khattab pernah memanggilnya sebagai “Nabi Yusuf” umat ini. Jarir masuk Islam pada tahun 10 H di Madinah dan berbai’ah kepada Rasulullah s.a.w. dengan berkata, “Aku berbaiah kepada Rasulullah s.a.w. untuk selalu mendirikan solat, membayar zakat dan memberi nasihat terhadap setiap Muslim.” Alhamdulillah, sampai akhir hayatnya, Jarir tetap berpegang teguh dengan tiga janji yang ia ucapkan ini.
Imam Al-Tabarani dalam Mu’jam Al-Kabir meriwayatkan bahawa pada suatu hari Jarir pergi ke pasar dengan pembantunya untuk membeli seekor kuda. Setelah melihat kuda yang diinginkannya, Jarir memerintahkan supaya membelinya. Pembantunya dan pemilik kuda sepakat dengan harga tiga ratus dirham, lalu mereka mendatangi Jarir untuk mengambil wang yang disepakati.
Jarir bertanya, “Berapa harganya?” Pemilik kuda berkata, “Tiga ratus dirham.” Jarir berkata, “Kuda ini bernilai lebih dari itu.” Orang itu bertanya, “Berapa harganya menurutmu?” Jarir berkata, “Kamu harus menjualnya antara 500 hingga 800 dirham.” Ia lalu memberikan jumlah itu kepada pemilik kuda tersebut. Ketika ditanya mengapa ia melakukan hal itu, Jarir menjawab, “Saya berjanji kepada Rasulullah s.a.w. untuk selalu menasihati kaum Muslimin.”
Monday, August 30, 2010
Raih Keberkahan Di Pagi Hari
Raih Keberkahan Di Pagi Hari
Diposkan oleh Bermanfaat Bagi Yang Lain di 15.44 . Sabtu, 20 Maret 2010
http://wirausahapesantren.blogspot.com/2010/03/raih-keberkahan-di-pagi-hari.html
Saudaraku, Islam ternyata sangat peduli dengan dinamika dan semangat beraktivitas di awal waktu. Setiap hari selalu diawali dengan datangnya waktu pagi. Waktu pagi merupakan waktu istimewa. Ia selalu diasosiasikan sebagai simbol kegairahan, kesegaran dan semangat. Barangsiapa merasakan udara pagi niscaya dia akan mengatakan bahwa itulah saat paling segar alias fresh sepanjang hari. Pagi sering dikaitkan dengan harapan dan optimisme. Pagi sering dikaitkan dengan keberhasilan dan sukses. Sehingga dalam peradaban barat-pun dikenal suatu pepatah berbunyi: ”The early bird catches the worm.” (Burung yang terbang di pagi harilah yang bakal berhasil menangkap cacing).
Dalam sebuah hadits ternyata Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam juga memberi perhatian kepada waktu pagi. Sehingga di dalam hadits tersebut beliau mendoakan agar ummat Islam peduli dan mengoptimalkan waktu spesial dan berharga ini.
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam berdoa: “Ya Allah, berkahilah ummatku di pagi hari.” Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam biasa mengirim sariyyah atau pasukan perang di awal pagi dan Sakhru merupakan seorang pedagang, ia biasa mengantar kafilah dagangnya di awal pagi sehingga ia sejahtera dan hartanya bertambah.” (HR Abu Dawud 2239)
Melalui doa di atas Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam ingin melihat umatnya menjadi kumpulan manusia yang gemar beraktifitas di awal waktu. Dan hanya mereka yang sungguh-sungguh mengharapkan keberhasilan dan keberkahan-lah yang bakal sanggup berpagi-pagi dalam kesibukan beraktifitas. Oleh karenanya, saudaraku, janganlah kita kecewakan Nabi kita. Janganlah kita jadikan doa beliau tidak terwujud. Marilah kita menjadi ummat yang pandai bersyukur dengan adanya waktu pagi. Marilah kita me-manage jadwal kehidupan kita sehingga di waktu pagi kita senantiasa dilimpahkan berkah karena kita didapati Allah dalam keadaan ber’amal.
Janganlah kita menjadi seperti sebagian orang di muka bumi yang membiarkan waktu pagi berlalu begitu saja dengan aktifitas tidak produktif, seperti tidur misalnya. Biasanya mereka yang mengisi waktu pagi dengan tidur menjadi fihak yang sering kalah dan merugi. Bagaimana tidak kalah dan merugi? Pagi merupakan waktu yang paling segar dan penuh gairah... Bila di saat paling baik saja seseorang sudah tidak produktif, bagaimana ia bisa diharapkan akan sukses beraktifitas di waktu-waktu lainnya yang kualitasnya tidak lebih baik dari waktu pagi hari...???
Maka, di antara kiat-kiat agar insyaAllah kita selalu memperoleh keberkahan di pagi hari adalah:
Pertama, jangan biasakan begadang di malam hari. Usahakanlah agar setiap malam kita bersegera tidur malam. Idealnya kita jangan tidur malam melebihi jam sepuluh malam. Kalaupun banyak tugas, maka pastikan mulai tidur jangan lebih lambat dari jam sebelas. Kalaupun tugas sedemikian bertumpuknya, maka pastikan bahwa pukul duabelas tengah malam merupakan batas akhir kita masih bangun.
Kedua, pastikan bahwa sedapat mungkin kita bisa bangun di tengah malam sebelum azan Subuh untuk mengerjakan sholat tahajjud dan witir. Idealnya kita selalu berusaha untuk sholat malam sebagaimana Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam, yaitu sebanyak delapan rakaat tahajjud dan tiga rakaat witir. Namun jika tidak tercapai, maka kurangilah jumlah rakaatnya sesuai kesanggupan fisik dan ruhani sehingga minimal dua rakaat tahjjud dan satu rakaat witir. Tapi ingat, ini hanya dikerjakan bila kita terpaksa karena tidur terlalu larut malam mendekati jam duabelas malam. Yang jelas, usahakanlah setiap malam agar kita selalu bisa melaksanakan sholat malam (tahjjud plus witir). Karena Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjamin bahwa orang yang menyempatkan diri untuk bangun malam dan sholat malam, maka ia bakal memperoleh semangat dan kesegaran di pagi harinya. Dan sebaliknya, barangsiapa yang tidak menyempatkan diri untuk bangun dan sholat malam, maka di pagi hari ia bakal memiliki perasaan buruk dan malas.
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Syetan akan mengikat tengkuk salah seorang di antara kamu apabila ia tidur dengan tiga ikatan. Syetan men-stempel setiap simpul ikatan atas kalian dengan mengucapkan: Bagimu malam yang panjang maka tidurlah. Apabila ia bangun dan berdzikir kepada Allah ta’aala maka terbukalah satu ikatan. Apabila ia wudhu, terbuka pula satu ikatan. Apabila ia sholat, terbukalah satu ikatan. Maka, di pagi hari ia penuh semangat dan segar. Jika tidak, niscaya di pagi hari perasaannya buruk dan malas.” (HR Bukhary 4/310)
Ketiga, pastikan diri tidak kesiangan sholat subuh. Dan khusus bagi kaum pria usahakanlah untuk sholat subuh berjamaah di masjid. Sebab sholat subuh berjamaah di masjid merupakan sarana untuk membersihkan hati dari penyakit kemunafikan.
Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Sesungguhnya sholat yang paling berat bagi kaum munafik adalah sholat isya dan subuh (berjamaah di masjid). Andai mereka tahu apa manfaat di dalam keduanya niscaya mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak-rangkak. (HR Muslim 2/123)
”Dan sungguh dahulu pada masa Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam tiada seorang tertinggal dari sholat berjama’ah kecuali orang-orang munafiq yang terang kemunafiqannya.” (HR Muslim 3/387)
Keempat, janganlah tidur sesudah sholat subuh. Segeralah isi waktu dengan sebaik-baiknya. Entah itu dengan bersegera membaca wirid atau ma’tsurat pagi atau apapun kegiatan bermanfaat lainnya. Barangkali bisa membaca buku, berolah-raga atau menulis buku atau bahkan berdagang sebagaimana kebiasaan sahabat Sakhru bin Wada’ah. Orang yang tidur di waktu pagi berarti menyengaja dirinya tidak menjadi bagian dari umat Islam yang didoakan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memperoleh berkah Allah di pagi hari. Ia menyia-nyiakan kesempatan berharga. Pagi merupakan saat paling berkualitas sepanjang hari. Alangkah naifnya orang yang sengaja membiarkan waktu pagi berlalu begitu saja tanpa aktifitas bermanfaat dan produktif. Tak heran bila Nabi shollallahu ’alaih wa sallam justru memobilisasi pasukan perangnya untuk berjihad fi sabilillah senantiasa di awal hari yakni di waktu pagi sehingga fihak musuh terkejut dan tidak siap menghadapinya.
Ya Allah, berkahilah kami di pagi hari selalu. Ya Allah, kami berlindung kepada Engkau dari kemalasan dan ketidakberdayaan dalam hidup kami, terutama di waktu pagi hari.
Diposkan oleh Bermanfaat Bagi Yang Lain di 15.44 . Sabtu, 20 Maret 2010
http://wirausahapesantren.blogspot.com/2010/03/raih-keberkahan-di-pagi-hari.html
Saudaraku, Islam ternyata sangat peduli dengan dinamika dan semangat beraktivitas di awal waktu. Setiap hari selalu diawali dengan datangnya waktu pagi. Waktu pagi merupakan waktu istimewa. Ia selalu diasosiasikan sebagai simbol kegairahan, kesegaran dan semangat. Barangsiapa merasakan udara pagi niscaya dia akan mengatakan bahwa itulah saat paling segar alias fresh sepanjang hari. Pagi sering dikaitkan dengan harapan dan optimisme. Pagi sering dikaitkan dengan keberhasilan dan sukses. Sehingga dalam peradaban barat-pun dikenal suatu pepatah berbunyi: ”The early bird catches the worm.” (Burung yang terbang di pagi harilah yang bakal berhasil menangkap cacing).
Dalam sebuah hadits ternyata Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam juga memberi perhatian kepada waktu pagi. Sehingga di dalam hadits tersebut beliau mendoakan agar ummat Islam peduli dan mengoptimalkan waktu spesial dan berharga ini.
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam berdoa: “Ya Allah, berkahilah ummatku di pagi hari.” Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam biasa mengirim sariyyah atau pasukan perang di awal pagi dan Sakhru merupakan seorang pedagang, ia biasa mengantar kafilah dagangnya di awal pagi sehingga ia sejahtera dan hartanya bertambah.” (HR Abu Dawud 2239)
Melalui doa di atas Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam ingin melihat umatnya menjadi kumpulan manusia yang gemar beraktifitas di awal waktu. Dan hanya mereka yang sungguh-sungguh mengharapkan keberhasilan dan keberkahan-lah yang bakal sanggup berpagi-pagi dalam kesibukan beraktifitas. Oleh karenanya, saudaraku, janganlah kita kecewakan Nabi kita. Janganlah kita jadikan doa beliau tidak terwujud. Marilah kita menjadi ummat yang pandai bersyukur dengan adanya waktu pagi. Marilah kita me-manage jadwal kehidupan kita sehingga di waktu pagi kita senantiasa dilimpahkan berkah karena kita didapati Allah dalam keadaan ber’amal.
Janganlah kita menjadi seperti sebagian orang di muka bumi yang membiarkan waktu pagi berlalu begitu saja dengan aktifitas tidak produktif, seperti tidur misalnya. Biasanya mereka yang mengisi waktu pagi dengan tidur menjadi fihak yang sering kalah dan merugi. Bagaimana tidak kalah dan merugi? Pagi merupakan waktu yang paling segar dan penuh gairah... Bila di saat paling baik saja seseorang sudah tidak produktif, bagaimana ia bisa diharapkan akan sukses beraktifitas di waktu-waktu lainnya yang kualitasnya tidak lebih baik dari waktu pagi hari...???
Maka, di antara kiat-kiat agar insyaAllah kita selalu memperoleh keberkahan di pagi hari adalah:
Pertama, jangan biasakan begadang di malam hari. Usahakanlah agar setiap malam kita bersegera tidur malam. Idealnya kita jangan tidur malam melebihi jam sepuluh malam. Kalaupun banyak tugas, maka pastikan mulai tidur jangan lebih lambat dari jam sebelas. Kalaupun tugas sedemikian bertumpuknya, maka pastikan bahwa pukul duabelas tengah malam merupakan batas akhir kita masih bangun.
Kedua, pastikan bahwa sedapat mungkin kita bisa bangun di tengah malam sebelum azan Subuh untuk mengerjakan sholat tahajjud dan witir. Idealnya kita selalu berusaha untuk sholat malam sebagaimana Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam, yaitu sebanyak delapan rakaat tahajjud dan tiga rakaat witir. Namun jika tidak tercapai, maka kurangilah jumlah rakaatnya sesuai kesanggupan fisik dan ruhani sehingga minimal dua rakaat tahjjud dan satu rakaat witir. Tapi ingat, ini hanya dikerjakan bila kita terpaksa karena tidur terlalu larut malam mendekati jam duabelas malam. Yang jelas, usahakanlah setiap malam agar kita selalu bisa melaksanakan sholat malam (tahjjud plus witir). Karena Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjamin bahwa orang yang menyempatkan diri untuk bangun malam dan sholat malam, maka ia bakal memperoleh semangat dan kesegaran di pagi harinya. Dan sebaliknya, barangsiapa yang tidak menyempatkan diri untuk bangun dan sholat malam, maka di pagi hari ia bakal memiliki perasaan buruk dan malas.
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Syetan akan mengikat tengkuk salah seorang di antara kamu apabila ia tidur dengan tiga ikatan. Syetan men-stempel setiap simpul ikatan atas kalian dengan mengucapkan: Bagimu malam yang panjang maka tidurlah. Apabila ia bangun dan berdzikir kepada Allah ta’aala maka terbukalah satu ikatan. Apabila ia wudhu, terbuka pula satu ikatan. Apabila ia sholat, terbukalah satu ikatan. Maka, di pagi hari ia penuh semangat dan segar. Jika tidak, niscaya di pagi hari perasaannya buruk dan malas.” (HR Bukhary 4/310)
Ketiga, pastikan diri tidak kesiangan sholat subuh. Dan khusus bagi kaum pria usahakanlah untuk sholat subuh berjamaah di masjid. Sebab sholat subuh berjamaah di masjid merupakan sarana untuk membersihkan hati dari penyakit kemunafikan.
Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Sesungguhnya sholat yang paling berat bagi kaum munafik adalah sholat isya dan subuh (berjamaah di masjid). Andai mereka tahu apa manfaat di dalam keduanya niscaya mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak-rangkak. (HR Muslim 2/123)
”Dan sungguh dahulu pada masa Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam tiada seorang tertinggal dari sholat berjama’ah kecuali orang-orang munafiq yang terang kemunafiqannya.” (HR Muslim 3/387)
Keempat, janganlah tidur sesudah sholat subuh. Segeralah isi waktu dengan sebaik-baiknya. Entah itu dengan bersegera membaca wirid atau ma’tsurat pagi atau apapun kegiatan bermanfaat lainnya. Barangkali bisa membaca buku, berolah-raga atau menulis buku atau bahkan berdagang sebagaimana kebiasaan sahabat Sakhru bin Wada’ah. Orang yang tidur di waktu pagi berarti menyengaja dirinya tidak menjadi bagian dari umat Islam yang didoakan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memperoleh berkah Allah di pagi hari. Ia menyia-nyiakan kesempatan berharga. Pagi merupakan saat paling berkualitas sepanjang hari. Alangkah naifnya orang yang sengaja membiarkan waktu pagi berlalu begitu saja tanpa aktifitas bermanfaat dan produktif. Tak heran bila Nabi shollallahu ’alaih wa sallam justru memobilisasi pasukan perangnya untuk berjihad fi sabilillah senantiasa di awal hari yakni di waktu pagi sehingga fihak musuh terkejut dan tidak siap menghadapinya.
Ya Allah, berkahilah kami di pagi hari selalu. Ya Allah, kami berlindung kepada Engkau dari kemalasan dan ketidakberdayaan dalam hidup kami, terutama di waktu pagi hari.
Hadis: Tidur
Ustaz Zahazan Mohamed
Imam al-Nasa’i meriwayatkan dan disahihkan oleh Ibn Hibban, daripada Jabir sabda Nabi s.a.w. yang bermaksud: “Jika seorang manusia mendekati tempat tidurnya, malaikat dan syaitan segera mendekatinya. Malaikat berkata: ‘Tutuplah (amalmu) dengan kebaikan.’ Syaitan berkata: ‘Tutuplah dengan keburukan.’ Jika ia menyebut nama Allah lalu tidur, maka malaikat itu menjaganya hingga pagi...”
Imam al-Nasa’i meriwayatkan dan disahihkan oleh Ibn Hibban, daripada Jabir sabda Nabi s.a.w. yang bermaksud: “Jika seorang manusia mendekati tempat tidurnya, malaikat dan syaitan segera mendekatinya. Malaikat berkata: ‘Tutuplah (amalmu) dengan kebaikan.’ Syaitan berkata: ‘Tutuplah dengan keburukan.’ Jika ia menyebut nama Allah lalu tidur, maka malaikat itu menjaganya hingga pagi...”
Sunday, August 29, 2010
Masjid & Bukan Islam - Dr Maza
Bukan Muslim, Masjid Dan Mainan Politik
Disiarkan pada Aug 29, 2010 dalam kategori Kenyataan & Penjelasan |
BUKAN MUSLIM, MASJID DAN MAINAN POLITIK
Dr. Mohd Asri Zainul Abidin
Saya amat bimbang apabila isu-isu agama dipolitikkan. Islam cuba ditafsirkan menurut kepentingan politik masing-masing. Hukum-hakam syarak menjadi mangsa. Permainan politik sanggup menggadaikan segalanya. Amat berbeza antara penilaian berteraskan politik kepartian dengan penilaian yang berasaskan metodologi ilmu dalam Islam.
Politik kepartian sering menilai isu atau sesuatu berasaskan kepentingan (political interest), persepsi dan prejudis. Sementara ilmu Islam yang sahih menilai sesuatu berdasarkan dalil dan fakta. Kebenaran dalam Islam itu buta warna parti atau kumpulan. Kebenaran itu kebenaran, tanpa mengira dari mana dan kepada siapa ia berpihak. Firman Allah: (maksudnya):
“Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu semua sentiasa menjadi orang-orang yang menegakkan keadilan kerana Allah, lagi menerangkan kebenaran; dan jangan sekali-kali kebencian kamu terhadap sesuatu kaum itu mendorong kamu kepada tidak melakukan keadilan. Hendaklah kamu berlaku adil (kepada sesiapa jua) kerana sikap adil itu lebih hampir kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dengan mendalam akan apa yang kamu lakukan.” (Surah al-Maidah, ayat 8).
Orang politik datang dan pergi. Parti politik juga demikian. Namun, Islam kekal abadi. Ia menjadi cahaya yang menyinari kehidupan manusia. Orang politik boleh musnah, parti juga boleh hancur. Manusia tidak semestinya bergantung kepada seseorang tokoh atau sesebuah parti. Namun, manusia sentiasa perlukan hidayah Islam yang membimbing ke jalan yang benar. Islam mesti kekal bersih, membimbing semua manusia. Malanglah jika orang politik sanggup mempertaruhkan Islam untuk survival mereka!
Tambah Keliru
Bukan muslim bertambah keliru dengan hukam-hakam berkaitan mereka yang dikeluarkan kebelakangan ini. Fatwa-fatwa ‘ala-Taliban’ yang menggambarkan sikap keras Islam terhadap pihak lain dicadang dan didendangkan oleh sesetengah media. ‘Juru-juru fatwa’ yang boleh ditekan suisnya oleh pihak politik bersedia menunggu. Islam dikaburkan oleh permainan yang seperti ini. Dalam Islam, hubungan dengan bukan muslim bermula dengan terang dahulu, setelah diperjelaskan dan masih ada permusuhan barulah tindakan ‘peperangan’ boleh diambil jika ada keperluan. Ini dalam masyarakat kita ‘perang dahulu’ tanpa sebarang penerangan awal yang jelas.
Saya telah ulas dalam banyak media tentang isu doa kebaikan kepada bukan muslim. Kini timbul pula isu bukan muslim masuk masjid. Ya, isu ini bermula dengan orang politik. Namun janganlah dalam keghairahan hendak menghentam musuh politik, fakta Islam pula yang dimangsakan. Jika kita enggan menerima mereka masuk, itu persoalan lain. Tetapi menggambarkan kepada mereka bahawa Islam melarang mereka sama sekali memasuki masjid, itu boleh menimbulkan salah faham. Islam ala melayu atau Islam yang ada dalam sejarahnya yang gemilang? Rasulullah menerima perwakilan dalam masjid, bagaimana tiba-tiba hari ini masjid diharamkan untuk mereka?!
Masuk Masjid
Ya, para fuqaha (ahli fekah) berbeza pendapat tentang hukum bukan muslim masuk ke dalam masjid. Namun, majoriti fuqaha termasuk dalam Mazhab al-Syafi’i berpendapat bahawa bukan muslim boleh masuk ke dalam masjid jika ada keperluan untuk itu. Pendapat ini disokong oleh beberapa dalil yang kuat. Di samping, ia juga membantu memahamkan masyarakat bukan Islam mengenai Islam. Dalam negara yang berbilang agama seperti negara kita, pandangan ini bukan sahaja kuat dari segi dalilnya, ia juga memberikan kebaikan kepada dakwah Islam itu sendiri.
Dalam hadis al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahawa:
Nabi s.a.w telah menghantar pasukan (skuad) tentera berkuda dan menawan Thumamah bin Athal yang merupakan kepimpinan Bani Hanifah dari Yamamah. Beliau dibawa ke Madinah dan diikat di tiang masjid Nabi s.a.w. Apabila Nabi s.a.w datang ke masjid dan melihatnya, baginda bertanya: “Apa yang ada engkau dapati wahai Thumamah?”
Jawabnya: “Bersamaku kebaikan, wahai Muhammad! Jika engkau membunuhku, engkau membunuh orang yang punyai darah (berhak dibunuh atau mungkin beliau meminta simpati), jika engkau memberi kurnia, engkau memberikan kurnia kepada orang yang berterima kasih. Jika engkau mahu harta, engkau boleh minta seberapa banyak yang engkau mahu”.
Lalu Nabi s.a.w meninggalkannya. Keesokannya Nabi s.a.w bertanya lagi: “Apa yang engkau dapati Wahai Thumamah?”.
Jawabnya: “Seperti yang aku katakan, jika engkau memberi kurnia, engkau memberi kurnia kepada orang yang berterima kasih”.
Nabi meninggalkannya. Keesokannya lagi Nabi s.a.w bertanya lagi: “Apa yang engkau dapati wahai Thumamah?”.
Jawabnya: “Seperti yang aku katakan kepadamu”.
Lalu Nabi s.a.w memerintahkan: “Bebaskan Thumamah”.
Lalu Thumamah pun keluar pergi ke mata air berdekatan masjid, beliau mandi, kemudian masuk semula ke masjid dan mengucapkan: “Aku bersaksi bahawa tiada ilah (yang diabdikan diri) melainkan Allah dan Muhammad itu Rasulullah”.
Beliau juga berkata: “Wahai Muhammad! Demi Allah, duhulu tiada atas muka bumi yang lebih aku benci daripada engkau, sekarang berubah engkau telah menjadi orang yang paling aku sayangi. Demi Allah, dahulu tiada agama yang lebih aku benci dari agamamu, sekarang berubah agamamu menjadi agama yang paling aku sayangi. Demi Allah, tiada dahulu negara yang lebih aku benci dari negaramu, sekarang berubah negaramu menjadi negara yang paling aku sayangi..”.
Hadis di atas menunjukkan bagaimana Thumamah bin Athal seorang tawanan perang yang menentang kerajaan Nabi s.a.w dibawa masuk ke dalam masjid. Antara tujuannya, agar dia dapat melihat kehebatan ibadah dalam Islam. Sekalipun dia musuh dan tawanan perang, Nabi s.a.w menggunakan pendekatan yang menarik jiwanya sehingga dia akhirnya menganut Islam. Ini dengan cara menempatkannya dalam masjid dan baginda bertanya soalan selama tiga hari lalu memaafkannya. Kesan berada di masjid dan kemaafan Nabi s.a.w, akhirnya kepimpinan musuh tersebut menganut Islam. Hadis ini menjadi bukti bahawa orang bukan Islam boleh masuk ke dalam masjid. Inilah pegangan kebanyakan ulama termasuk dalam Mazhab al-Syafi’i. Kata al-Imam al-Nawawi (meninggal 676H):
“Hadis ini menunjukkan harus membawa orang kafir masuk ke dalam masjid. Mazhab Syafi’i mengharuskannya dengan izin muslim. Ini merangkumi kafir ahli kitab atau selain mereka”. (al-Nawawi, Syarah Sahih Muslim, 12/435, Beirut: Dar al-Khair).
Majlis Fatwa Tetap Arab Saudi mengeluarkan hukum tentang bukan muslim masuk ke masjid seperti berikut:
“Pendapat yang tepat bukan muslim boleh masuk ke dalam masjid untuk sesuatu kemaslahatan syariah atau sesuatu keperluan tertentu seperti mendengar sesuatu yang membawa masuk ke dalam Islam, atau keperluannya untuk minum air yang berada dalam masjid atau selainnya. Ini kerana Nabi s.a.w mengikat Thumamah bin Athal al-Hanafi dalam masjid sebelum dia menganut Islam, baginda juga menempatkan perwakilan Thaqif dan perwakilan Kristian Najran di masjid sebelum mereka menganut Islam. Ini kerana ada banyak faedah mereka memasuki masjid, antaranya; mendengar ucapan dan nasihat Nabi s.a.w, melihat orang bersolat dan membaca al-Quran dan berbagai faedah besar yang lain bagi sesiapa yang melazimi masjid”. (Fatawa al-Lajnah al-Daimah 6/276. Riyadh: Idarah al-Buhuth)
Luaskan Fungsi Masjid
Kita sepatutnya meluaskan fungsi masjid agar dapat menjadi ‘centre for Islamic Information’ yang mesra pelanggan. Masjid sepatutnya berfungsi menyampaikan Islam kepada setiap pihak; muslim dan bukan muslim. Di negara seperti Malaysia yang berbilang agama dan budaya, kaum muslimin perlulah aktif dan intraktif dalam menyampaikan mesej Islam. Jika masjid dijadikan zon larangan bagi orang bukan muslim sehingga tidak dapat mendekatinya, bilakah Islam akan dapat difahami oleh mereka. Sudahlah dalam negara ini banyak fatwa ala-taliban yang cuba menggambarkan seakan tiada rahmah antara muslim dan non-muslim, ditambah lagi dengan ditutup ruang untuk mereka mendengar ajaran Islam. Masjid digambarkan musuh mereka dan mereka dilarang menghampirinya. Sementara dalam masa yang sama ada pihak bukan Islam yang menjemput muslim dengan hormat ke tempat ibadah mereka serta menghulurkan berbagai bantuan. Akhirnya, kita terus bermusuhan tanpa mencari titik dakwah, atau sekurang-kurang noktah yang mengurangkan sangkaan salah terhadap agama hidayah ini. Ke manakah hala tuju Islam yang hendak kita bawa dalam negara ini?!
Disiarkan pada Aug 29, 2010 dalam kategori Kenyataan & Penjelasan |
BUKAN MUSLIM, MASJID DAN MAINAN POLITIK
Dr. Mohd Asri Zainul Abidin
Saya amat bimbang apabila isu-isu agama dipolitikkan. Islam cuba ditafsirkan menurut kepentingan politik masing-masing. Hukum-hakam syarak menjadi mangsa. Permainan politik sanggup menggadaikan segalanya. Amat berbeza antara penilaian berteraskan politik kepartian dengan penilaian yang berasaskan metodologi ilmu dalam Islam.
Politik kepartian sering menilai isu atau sesuatu berasaskan kepentingan (political interest), persepsi dan prejudis. Sementara ilmu Islam yang sahih menilai sesuatu berdasarkan dalil dan fakta. Kebenaran dalam Islam itu buta warna parti atau kumpulan. Kebenaran itu kebenaran, tanpa mengira dari mana dan kepada siapa ia berpihak. Firman Allah: (maksudnya):
“Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu semua sentiasa menjadi orang-orang yang menegakkan keadilan kerana Allah, lagi menerangkan kebenaran; dan jangan sekali-kali kebencian kamu terhadap sesuatu kaum itu mendorong kamu kepada tidak melakukan keadilan. Hendaklah kamu berlaku adil (kepada sesiapa jua) kerana sikap adil itu lebih hampir kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dengan mendalam akan apa yang kamu lakukan.” (Surah al-Maidah, ayat 8).
Orang politik datang dan pergi. Parti politik juga demikian. Namun, Islam kekal abadi. Ia menjadi cahaya yang menyinari kehidupan manusia. Orang politik boleh musnah, parti juga boleh hancur. Manusia tidak semestinya bergantung kepada seseorang tokoh atau sesebuah parti. Namun, manusia sentiasa perlukan hidayah Islam yang membimbing ke jalan yang benar. Islam mesti kekal bersih, membimbing semua manusia. Malanglah jika orang politik sanggup mempertaruhkan Islam untuk survival mereka!
Tambah Keliru
Bukan muslim bertambah keliru dengan hukam-hakam berkaitan mereka yang dikeluarkan kebelakangan ini. Fatwa-fatwa ‘ala-Taliban’ yang menggambarkan sikap keras Islam terhadap pihak lain dicadang dan didendangkan oleh sesetengah media. ‘Juru-juru fatwa’ yang boleh ditekan suisnya oleh pihak politik bersedia menunggu. Islam dikaburkan oleh permainan yang seperti ini. Dalam Islam, hubungan dengan bukan muslim bermula dengan terang dahulu, setelah diperjelaskan dan masih ada permusuhan barulah tindakan ‘peperangan’ boleh diambil jika ada keperluan. Ini dalam masyarakat kita ‘perang dahulu’ tanpa sebarang penerangan awal yang jelas.
Saya telah ulas dalam banyak media tentang isu doa kebaikan kepada bukan muslim. Kini timbul pula isu bukan muslim masuk masjid. Ya, isu ini bermula dengan orang politik. Namun janganlah dalam keghairahan hendak menghentam musuh politik, fakta Islam pula yang dimangsakan. Jika kita enggan menerima mereka masuk, itu persoalan lain. Tetapi menggambarkan kepada mereka bahawa Islam melarang mereka sama sekali memasuki masjid, itu boleh menimbulkan salah faham. Islam ala melayu atau Islam yang ada dalam sejarahnya yang gemilang? Rasulullah menerima perwakilan dalam masjid, bagaimana tiba-tiba hari ini masjid diharamkan untuk mereka?!
Masuk Masjid
Ya, para fuqaha (ahli fekah) berbeza pendapat tentang hukum bukan muslim masuk ke dalam masjid. Namun, majoriti fuqaha termasuk dalam Mazhab al-Syafi’i berpendapat bahawa bukan muslim boleh masuk ke dalam masjid jika ada keperluan untuk itu. Pendapat ini disokong oleh beberapa dalil yang kuat. Di samping, ia juga membantu memahamkan masyarakat bukan Islam mengenai Islam. Dalam negara yang berbilang agama seperti negara kita, pandangan ini bukan sahaja kuat dari segi dalilnya, ia juga memberikan kebaikan kepada dakwah Islam itu sendiri.
Dalam hadis al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahawa:
Nabi s.a.w telah menghantar pasukan (skuad) tentera berkuda dan menawan Thumamah bin Athal yang merupakan kepimpinan Bani Hanifah dari Yamamah. Beliau dibawa ke Madinah dan diikat di tiang masjid Nabi s.a.w. Apabila Nabi s.a.w datang ke masjid dan melihatnya, baginda bertanya: “Apa yang ada engkau dapati wahai Thumamah?”
Jawabnya: “Bersamaku kebaikan, wahai Muhammad! Jika engkau membunuhku, engkau membunuh orang yang punyai darah (berhak dibunuh atau mungkin beliau meminta simpati), jika engkau memberi kurnia, engkau memberikan kurnia kepada orang yang berterima kasih. Jika engkau mahu harta, engkau boleh minta seberapa banyak yang engkau mahu”.
Lalu Nabi s.a.w meninggalkannya. Keesokannya Nabi s.a.w bertanya lagi: “Apa yang engkau dapati Wahai Thumamah?”.
Jawabnya: “Seperti yang aku katakan, jika engkau memberi kurnia, engkau memberi kurnia kepada orang yang berterima kasih”.
Nabi meninggalkannya. Keesokannya lagi Nabi s.a.w bertanya lagi: “Apa yang engkau dapati wahai Thumamah?”.
Jawabnya: “Seperti yang aku katakan kepadamu”.
Lalu Nabi s.a.w memerintahkan: “Bebaskan Thumamah”.
Lalu Thumamah pun keluar pergi ke mata air berdekatan masjid, beliau mandi, kemudian masuk semula ke masjid dan mengucapkan: “Aku bersaksi bahawa tiada ilah (yang diabdikan diri) melainkan Allah dan Muhammad itu Rasulullah”.
Beliau juga berkata: “Wahai Muhammad! Demi Allah, duhulu tiada atas muka bumi yang lebih aku benci daripada engkau, sekarang berubah engkau telah menjadi orang yang paling aku sayangi. Demi Allah, dahulu tiada agama yang lebih aku benci dari agamamu, sekarang berubah agamamu menjadi agama yang paling aku sayangi. Demi Allah, tiada dahulu negara yang lebih aku benci dari negaramu, sekarang berubah negaramu menjadi negara yang paling aku sayangi..”.
Hadis di atas menunjukkan bagaimana Thumamah bin Athal seorang tawanan perang yang menentang kerajaan Nabi s.a.w dibawa masuk ke dalam masjid. Antara tujuannya, agar dia dapat melihat kehebatan ibadah dalam Islam. Sekalipun dia musuh dan tawanan perang, Nabi s.a.w menggunakan pendekatan yang menarik jiwanya sehingga dia akhirnya menganut Islam. Ini dengan cara menempatkannya dalam masjid dan baginda bertanya soalan selama tiga hari lalu memaafkannya. Kesan berada di masjid dan kemaafan Nabi s.a.w, akhirnya kepimpinan musuh tersebut menganut Islam. Hadis ini menjadi bukti bahawa orang bukan Islam boleh masuk ke dalam masjid. Inilah pegangan kebanyakan ulama termasuk dalam Mazhab al-Syafi’i. Kata al-Imam al-Nawawi (meninggal 676H):
“Hadis ini menunjukkan harus membawa orang kafir masuk ke dalam masjid. Mazhab Syafi’i mengharuskannya dengan izin muslim. Ini merangkumi kafir ahli kitab atau selain mereka”. (al-Nawawi, Syarah Sahih Muslim, 12/435, Beirut: Dar al-Khair).
Majlis Fatwa Tetap Arab Saudi mengeluarkan hukum tentang bukan muslim masuk ke masjid seperti berikut:
“Pendapat yang tepat bukan muslim boleh masuk ke dalam masjid untuk sesuatu kemaslahatan syariah atau sesuatu keperluan tertentu seperti mendengar sesuatu yang membawa masuk ke dalam Islam, atau keperluannya untuk minum air yang berada dalam masjid atau selainnya. Ini kerana Nabi s.a.w mengikat Thumamah bin Athal al-Hanafi dalam masjid sebelum dia menganut Islam, baginda juga menempatkan perwakilan Thaqif dan perwakilan Kristian Najran di masjid sebelum mereka menganut Islam. Ini kerana ada banyak faedah mereka memasuki masjid, antaranya; mendengar ucapan dan nasihat Nabi s.a.w, melihat orang bersolat dan membaca al-Quran dan berbagai faedah besar yang lain bagi sesiapa yang melazimi masjid”. (Fatawa al-Lajnah al-Daimah 6/276. Riyadh: Idarah al-Buhuth)
Luaskan Fungsi Masjid
Kita sepatutnya meluaskan fungsi masjid agar dapat menjadi ‘centre for Islamic Information’ yang mesra pelanggan. Masjid sepatutnya berfungsi menyampaikan Islam kepada setiap pihak; muslim dan bukan muslim. Di negara seperti Malaysia yang berbilang agama dan budaya, kaum muslimin perlulah aktif dan intraktif dalam menyampaikan mesej Islam. Jika masjid dijadikan zon larangan bagi orang bukan muslim sehingga tidak dapat mendekatinya, bilakah Islam akan dapat difahami oleh mereka. Sudahlah dalam negara ini banyak fatwa ala-taliban yang cuba menggambarkan seakan tiada rahmah antara muslim dan non-muslim, ditambah lagi dengan ditutup ruang untuk mereka mendengar ajaran Islam. Masjid digambarkan musuh mereka dan mereka dilarang menghampirinya. Sementara dalam masa yang sama ada pihak bukan Islam yang menjemput muslim dengan hormat ke tempat ibadah mereka serta menghulurkan berbagai bantuan. Akhirnya, kita terus bermusuhan tanpa mencari titik dakwah, atau sekurang-kurang noktah yang mengurangkan sangkaan salah terhadap agama hidayah ini. Ke manakah hala tuju Islam yang hendak kita bawa dalam negara ini?!
Thursday, August 26, 2010
Menghormati Allah
Ustaz Zahazan Mohamed
Ertinya, barang siapa yang sangat menghormati Allah SWT, lalu bersegera melaksanakan semua perintahnya meskipun kecil, maka itu pertanda bahawa dirinya sangat terhormat di sisi Allah. Sebaliknya, barang siapa yang meremehkan hak-hak Allah dan tidak menghormatinya sama sekali, itu pertanda bahawa ia sangat hina di sisi Allah SWT
Ertinya, barang siapa yang sangat menghormati Allah SWT, lalu bersegera melaksanakan semua perintahnya meskipun kecil, maka itu pertanda bahawa dirinya sangat terhormat di sisi Allah. Sebaliknya, barang siapa yang meremehkan hak-hak Allah dan tidak menghormatinya sama sekali, itu pertanda bahawa ia sangat hina di sisi Allah SWT
Hadis: Kegembiraan Orang Berpuasa
Ustaz Zahazan Mohamed
Sabda Nabi saw maksudnya :" Bagi mereka yg berpuasa dua kegembiraan, pertamanya ketika berbuka dan kedua semasa bertemu dgn Tuhannya".(Rwyt al-Bukhari & Muslim)
Sabda Nabi saw maksudnya :" Bagi mereka yg berpuasa dua kegembiraan, pertamanya ketika berbuka dan kedua semasa bertemu dgn Tuhannya".(Rwyt al-Bukhari & Muslim)
Imam Syafie on Orang Soleh dan Pemaksiat
Imam Syafi'iy berkata maksudnya :
Aku cinta pd orang salih wp aku bukan dari kalangan mereka, muga2 aku beroleh syafaat drpnya.
Aku benci pd seseorang yg kerjanya adalah maksiat,
Walaupun aku dan dia adalah sama .
Aku cinta pd orang salih wp aku bukan dari kalangan mereka, muga2 aku beroleh syafaat drpnya.
Aku benci pd seseorang yg kerjanya adalah maksiat,
Walaupun aku dan dia adalah sama .
Hadis: Sayang Keturunan
Ustaz Zahazan Mohamed
Imam Abdul Wahab al-Sya’rani (w. 973 H) dalam kitab Lathaif al-Minan wal Akhlaq, menulis, “Aku sangat menyayangi keturunanku sebelum mereka dilahirkan. Yakni dengan cara aku tidak pernah menyentuh ibu mereka sambil lalai mengingat Allah, atau sambil menyimpan sifat marah, serakah dengan dunia, dengki ataupun ujub.”
Imam Abdul Wahab al-Sya’rani (w. 973 H) dalam kitab Lathaif al-Minan wal Akhlaq, menulis, “Aku sangat menyayangi keturunanku sebelum mereka dilahirkan. Yakni dengan cara aku tidak pernah menyentuh ibu mereka sambil lalai mengingat Allah, atau sambil menyimpan sifat marah, serakah dengan dunia, dengki ataupun ujub.”
Tidur Orang Berpuasa Ibadah
Ustaz Zahazan Mohamed
Dalam hadis yg diriwayatkan oleh al-Suyuti dlm al-Durr al-Manthur Nabi saw bersabda, maksudnya : Tidur seseorang yg berpuasa( slps keletihan Qiyamullail pd mlmnya), adalah ibadah, diamnya tasbih,amalannya dilipatgandakan,dosanya diampunkan dan doanya dimakbulkan.
Dalam hadis yg diriwayatkan oleh al-Suyuti dlm al-Durr al-Manthur Nabi saw bersabda, maksudnya : Tidur seseorang yg berpuasa( slps keletihan Qiyamullail pd mlmnya), adalah ibadah, diamnya tasbih,amalannya dilipatgandakan,dosanya diampunkan dan doanya dimakbulkan.
Surah berkaitan solat tahajjud
Ustaz Zahazan Mohamed
Ayat 79 surah al-Isra`, Allah swt berfirman, maksudnya : Dan bangunlah pada sebahagian dari waktu malam serta kerjakanlah sembahyang tahajjud padanya, sebagai sembahyang tambahan bagimu; semoga Tuhanmu membangkit dan menempatkanmu pada hari akhirat di tempat yang terpuji.
Ayat 79 surah al-Isra`, Allah swt berfirman, maksudnya : Dan bangunlah pada sebahagian dari waktu malam serta kerjakanlah sembahyang tahajjud padanya, sebagai sembahyang tambahan bagimu; semoga Tuhanmu membangkit dan menempatkanmu pada hari akhirat di tempat yang terpuji.
Hadis: Malu
Ustaz Zahazan Mohamed
Dalam hadis riwayat al-Baihaqi dalam Syu‛ab al-Iman daripada Zaib bin Thabit, Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: “Hendaklah kamu merasa malu kepada kedua-dua malaikat yang selalu bersamamu sepertimana kamu merasa malu kepada dua orang laki-laki soleh yang menjadi jiranmu dan selalu bersamamu pada waktu malam dan siang.”
Dalam hadis riwayat al-Baihaqi dalam Syu‛ab al-Iman daripada Zaib bin Thabit, Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: “Hendaklah kamu merasa malu kepada kedua-dua malaikat yang selalu bersamamu sepertimana kamu merasa malu kepada dua orang laki-laki soleh yang menjadi jiranmu dan selalu bersamamu pada waktu malam dan siang.”
Al-quran Mukjizat & Syurga
Ustaz Zahazan Mohamed
Firman Allah dlm surah Fussilat ayat 53, maksudnya : Kami akan perlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di merata-rata tempat (dalam alam yang terbentang luas ini) dan pada diri mereka sendiri, sehingga ternyata jelas kepada mereka bahawa Al-Quran adalah benar. Belumkah ternyata kepada mereka kebenaran itu dan belumkah cukup (bagi mereka) bahawa Tuhanmu mengetahui dan menyaksikan tiap-tiap sesuatu?
Firman Allah dalam surahal-An'am ayat 104, (Katakanlah wahai Muhammad): Sesungguhnya telah datang kepada kamu keterangan-keterangan (dalil-dalil dan bukti) dari Tuhan kamu; oleh itu sesiapa melihat (kebenaran itu serta menerimanya) maka faedahnya terpulang kepada dirinya sendiri dan sesiapa buta (dan enggan menerimanya) maka bahayanya tertimpalah ke atas dirinya sendiri dan tiadalah aku berkewajipan menjaga dan mengawasi kamu.
FIRMAN ALLAH AWT dlm surah al-Zumar ayat 74 : ...Serta mereka berkata: Segala puji tertentu bagi Allah yang telah menepati janjiNya kepada kami dan yang menjadikan kami mewarisi bumi Syurga ini dengan sebebas-bebasnya, kami boleh mengambil tempat dari Syurga ini di mana sahaja kami sukai; maka pemberian yang demikian ialah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.
Firman Allah dlm surah Fussilat ayat 53, maksudnya : Kami akan perlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di merata-rata tempat (dalam alam yang terbentang luas ini) dan pada diri mereka sendiri, sehingga ternyata jelas kepada mereka bahawa Al-Quran adalah benar. Belumkah ternyata kepada mereka kebenaran itu dan belumkah cukup (bagi mereka) bahawa Tuhanmu mengetahui dan menyaksikan tiap-tiap sesuatu?
Firman Allah dalam surahal-An'am ayat 104, (Katakanlah wahai Muhammad): Sesungguhnya telah datang kepada kamu keterangan-keterangan (dalil-dalil dan bukti) dari Tuhan kamu; oleh itu sesiapa melihat (kebenaran itu serta menerimanya) maka faedahnya terpulang kepada dirinya sendiri dan sesiapa buta (dan enggan menerimanya) maka bahayanya tertimpalah ke atas dirinya sendiri dan tiadalah aku berkewajipan menjaga dan mengawasi kamu.
FIRMAN ALLAH AWT dlm surah al-Zumar ayat 74 : ...Serta mereka berkata: Segala puji tertentu bagi Allah yang telah menepati janjiNya kepada kami dan yang menjadikan kami mewarisi bumi Syurga ini dengan sebebas-bebasnya, kami boleh mengambil tempat dari Syurga ini di mana sahaja kami sukai; maka pemberian yang demikian ialah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.
Doa Untuk Bukan Muslim - Maza
Doa Untuk Bukan Muslim
Disiarkan pada Aug 24, 2010 dalam kategori Kenyataan & Penjelasan |
Doa Untuk Bukan Muslim: Bicara Harmoni Buat S.S Mufti Perak
Dr. Mohd Asri Zainul Abidin
Saya rasa amat wajar untuk saya mengulas sendiri tentang isu doa untuk bukan muslim yang ‘dikecohkan’ sekarang. Ini memandangkan ada media telah memainkan perbezaan antara pendapat saya dan yang dihormati S.S Tan Sri Harussani Zakaria, Mufti Perak mengenai isu ini. Tujuan tulisan ini agar salahfaham dapat dielakkan.
Apabila seorang tokoh UMNO yang agak veteran menghubungi saya dan menyatakan beliau tidak puas hati (ayat asalnya ‘malu’) dengan fatwa S.S Tuan Mufti Perak yang mengharamkan doa kesejahteraan untuk bukan muslim, saya jawab saya tidak pasti sebab saya sendiri belum membaca fatwa tersebut. SMS beliau kepada saya: “apakah saudara bersetuju dengan Mufti Perak bahawa hukumnya haram kita mendoakan kesejahteraan bukan Islam. Salahkah saya mendoakan kesejahteraan mak mertua saya yang bukan Islam? Atau mendoakan penyokong saya yang bukan Islam?”. Setelah mendapat sms itu saya cuba mencari kenyataan S.S Tuan Mufti dalam media, saya dapati demikian yang dilaporkan oleh beberapa media.
Sebagai husn al-zan (sangka baik) saya anggap mungkin laporan media kurang kemas, atau ada maksud di sebalik pandangan hukum yang dikeluarkan oleh S.S Tan Sri Harussani Zakaria itu. Ungkapan yang digunakan bahawa Islam mengharamkan doa kesejahteraan kepada orang bukan Islam itu mungkin mempunyai maksud lain di luar apa yang saya faham. Perkataan ‘sejahtera’ itu mungkin ada maksud tersendiri yang beliau ertikan. Cumanya, saya ingin mengulas kenyataan itu dari beberapa sudut. Pandangan saya dalam isu ini seperti berikut;
1. Setiap orang yang mempunyai pengetahuan agama hendaklah sentiasa adil dengan pandangannya. Tidak boleh berpihak untuk kepentingan pembangkang ataupun kerajaan. Saya tujukan nasihat ini kepada mereka yang daif seperti saya ini agar berusaha mendisiplinkan diri dalam pandangan ilmu. Adapun S.S Tan Sri Harussani, Mufti Perak sudah pasti seorang yang teguh –bukan lemah seperti saya- dan saya doakan agar keteguhan itu menjadi contoh insan yang berdisiplin dalam ilmu.
2. Pandangan agama yang membabitkan hal bukan muslim di negara kita khususnya, dan dunia moden amnya, jika salah ditangani boleh memberikan kesan negatif kepada kefahaman masyarakat mengenai Islam. Kita memberitahu dunia ‘Islam adalah agama yang rahmat’, pasti mereka akan ragu jika kita mengeluarkan pandangan sebaliknya. Di kala dunia menuduh Islam pengganas, tiada nilai toleransi dan seumpamanya, pandangan-pandangan golongan agamawan janganlah membantu menyuburkan tuduhan palsu itu.
3. Di Malaysia, secara praktiknya, ramai yang terbiasa memberi ucapan –terutama di media-media kerajaan- “assalamualaikum dan salam sejahtera kepada yang bukan beragama Islam”. Walaupun Nabi s.a.w –seperti riwayat al-Bukhari-dalam praktik baginda, jika ada bukan muslim bersama dengan muslim baginda hanya memberikan ‘assalamualaikum’ sahaja. Perkataan ‘assalamualaikum’ itu memang bermaksud ‘kesejahteraan ke atas kamu’. Namun, diulangi oleh amalan media kerajaan dan majlis-majlis kerajaan dengan ungkapan ‘salam sejahtera kepada yang bukan beragama Islam’. Tidakkah ‘salam sejahtera kepada bukan beragama Islam’ itu satu doa untuk mereka. Mengapa tidak difatwakan ia haram selama ini? Demikian salam ciptaan baru ‘salam 1 Malaysia’ juga bermaksud kesejahteraan untuk semua termasuk bukan muslim. Mengapa tidak diharamkan?. Saya sekali lagi berpesan kepada diri saya sendiri yang amat daif ini: janganlah bersifat terpilih dalam berfatwa.
4. Para ulama berbeza pendapat tentang hukum mendoakan rahmat dan keampunan kepada bukan muslim yang masih hidup. Mereka sepakat melarang doa tersebut kepada yang sudah mati dan menolak Islam secara jelas. Kesepakatan itu disebabkan ia disebut dalam al-Quran dalam Surah al-Taubah ayat 113. Adapun mendoakan untuk mendapat hidayah, adalah ijmak (sepakat tanpa kecuali) para ulama membolehkannya, bahkan menggalakkan.
5. Kata Abdullah bin Mas’ud:
“Aku seakan masih melihat Rasulullah s.a.w menceritakan tentang seorang dalam kalangan nabi a.s yang kaumnya memukulnya sehingga berdarah, sedangkan dia hanya menyapu darah di mukanya dan berdoa: “Ya Allah! Ampunkanlah kaumku kerana mereka itu tidak tahu”. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menunjukkan berdoa agar Allah memaafkan atau jangan menurunkan bala kepada golongan kafir yang jahil adalah harus. Dalam ertikata lain diberi peluang untuk mereka. Ini sebenarnya, mendoakan agar mereka selamat dari bala yang Allah bakal turunkan.
6. Dalam hadis yang sahih riwayat al-Nasai dan Abu Daud, sahabah Nabi s.a.w pernah menjampi untuk seorang gila yang bukan muslim dengan Surah al-Fatihah sehingga sembuh. Ketua kabilah lelaki itu memberikan kepada sahabah berkenaan 100 ekor kambing. Nabi s.a.w bersabda kepada sahabah tersebut: “Makanlah, selama ini orang memakan dari jampi yang batil, engkau memakan dari jampi yang sebenar”. Jampi adalah sebahagian dari doa kepada Allah. Hadis ini menunjukkan boleh mendoakan kesembuhan dan kesihatan kepada bukan muslim.
7. Bagi saya, doa kebaikan untuk bukan muslim seperti agar memerintah dengan adil atau mendapat kesejahteraan kesihatan, keamanan, harta dan seumpamanya adalah dibolehkan. Dada Islam amat luas dalam hal ini. Syaratnya, doa kesejahteraan itu bukan untuk orang bukan muslim yang bermusuh dengan Islam. Firman Allah: (maksudnya):
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan memberikan sumbangan harta kepada orang-orang yang tidak memerangi kamu kerana ugama (kamu), dan tidak mengeluarkan kamu dari kampung halaman kamu; Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanyalah melarang kamu daripada menjadikan teman rapat orang-orang yang memerangi kamu kerana agama (kamu), dan mengeluarkan kamu dari kampung halaman kamu, serta membantu (orang lain) untuk mengusir kamu. dan (ingatlah), sesiapa yang menjadikan mereka teman rapat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (Surah al-Mumtahanah ayat 7-8).
8. Adapun berdoa agar diberikan kekuatan atau kekuasaan kepada mereka yang zalim adalah haram. Samada yang didoakan itu muslim atau bukan muslim. Firman Allah:
“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang melakukan kezaliman nanti api neraka akan menyentuh kamu, sedangkan kamu tidak ada sebarang penolong pun selain dari Allah. Kemudian (dengan sebab kecenderungan kamu itu) kamu tidak akan mendapat pertolongan” (Surah Hud: 113).
9. Namun, saya akui bahawa permainan politik boleh berlaku dalam semua aliran kepartian. Doakan mungkin digunakan dengan tujuan baik, juga mungkin tujuan kempen politik. Sebab itu ‘Ali bin Abi Talib pernah menyebut kepada golongan Khawarij yang menggunakan slogan agama:
“Perkataan yang benar, tetapi bertujuan batil” (Al-Khatib al-Baghdadi, Tarikh Baghdad, 304/10, Beirut: Dar al-Kutub al-’Ilmiyyah).
Saya tidak pasti doa dalam kes di Pulau Pinang tersebut dalam kategori mana.
10. Pun begitu, golongan agama tidak boleh membuat fatwa untuk keredhaan sesuatu pihak semata. Hukum yang bersifat merentasi masa dan tempat seperti kenyataan mengharamkan doa untuk kesejahteraan orang bukan muslim secara mutlak akan dipakai selamanya jika rakyat menerima sedemikian rupa tanpa penelitian atau pendetilan.
11. Dalam sebuah negara yang berbilang agama, adakah kesejahteraan dan keamanan akan tercapai jika salah satu masyarakatnya porak peranda. Jika masyarakat bukan Islam hidup dalam keadaan tidak aman dan bergolak sesama mereka, apakah negara akan aman? Jika seorang pemimpin muslim dibolehkan berusaha secara pentadbiran memulihkan keamanan dalam komuniti bukan muslim, apakah munasabah Islam mengharamkan pemimpin tersebut berdoa agar Allah memulihkan keamanan dan kesejahteraan dalam kalangan mereka?
12. Tambahan lain, perlu kita di Malaysia mendoakan agar bukan muslim menerima Islam ini. Orang cina khusus mereka rajin dan kaya. Jika mereka menerima Islam, agama ini menjadi teguh. Jika Nabi s.a.w pernah berdoa:
“Ya Allah! Engkau kuatkan Islam dengan salah seorang dari dua lelaki yang Engkau lebih sayang; Abu Jahl atau ‘Umar bin Al-Khattab”. (Riwayat al-Tarmizi dan al-Hakim, dinilai sahih oleh al-Zahabi).
Alangkah perlunya kita juga berdoa agar tokoh-tokoh yang hebat di negara ini menerima Islam.
Inilah pandangan ringkas saya. Saya percaya S.S Tan Sri Harussani Zakaria mempunyai tafsiran atau andaiannya yang tersendiri. Apapun, kita harapkan andaian dan tafsiran itu sentiasa memberikan nilai yang positif untuk Islam dan bebas dari belenggu kepentingan mana-mana pihak. Ini adalah pandangan saya.
Disiarkan pada Aug 24, 2010 dalam kategori Kenyataan & Penjelasan |
Doa Untuk Bukan Muslim: Bicara Harmoni Buat S.S Mufti Perak
Dr. Mohd Asri Zainul Abidin
Saya rasa amat wajar untuk saya mengulas sendiri tentang isu doa untuk bukan muslim yang ‘dikecohkan’ sekarang. Ini memandangkan ada media telah memainkan perbezaan antara pendapat saya dan yang dihormati S.S Tan Sri Harussani Zakaria, Mufti Perak mengenai isu ini. Tujuan tulisan ini agar salahfaham dapat dielakkan.
Apabila seorang tokoh UMNO yang agak veteran menghubungi saya dan menyatakan beliau tidak puas hati (ayat asalnya ‘malu’) dengan fatwa S.S Tuan Mufti Perak yang mengharamkan doa kesejahteraan untuk bukan muslim, saya jawab saya tidak pasti sebab saya sendiri belum membaca fatwa tersebut. SMS beliau kepada saya: “apakah saudara bersetuju dengan Mufti Perak bahawa hukumnya haram kita mendoakan kesejahteraan bukan Islam. Salahkah saya mendoakan kesejahteraan mak mertua saya yang bukan Islam? Atau mendoakan penyokong saya yang bukan Islam?”. Setelah mendapat sms itu saya cuba mencari kenyataan S.S Tuan Mufti dalam media, saya dapati demikian yang dilaporkan oleh beberapa media.
Sebagai husn al-zan (sangka baik) saya anggap mungkin laporan media kurang kemas, atau ada maksud di sebalik pandangan hukum yang dikeluarkan oleh S.S Tan Sri Harussani Zakaria itu. Ungkapan yang digunakan bahawa Islam mengharamkan doa kesejahteraan kepada orang bukan Islam itu mungkin mempunyai maksud lain di luar apa yang saya faham. Perkataan ‘sejahtera’ itu mungkin ada maksud tersendiri yang beliau ertikan. Cumanya, saya ingin mengulas kenyataan itu dari beberapa sudut. Pandangan saya dalam isu ini seperti berikut;
1. Setiap orang yang mempunyai pengetahuan agama hendaklah sentiasa adil dengan pandangannya. Tidak boleh berpihak untuk kepentingan pembangkang ataupun kerajaan. Saya tujukan nasihat ini kepada mereka yang daif seperti saya ini agar berusaha mendisiplinkan diri dalam pandangan ilmu. Adapun S.S Tan Sri Harussani, Mufti Perak sudah pasti seorang yang teguh –bukan lemah seperti saya- dan saya doakan agar keteguhan itu menjadi contoh insan yang berdisiplin dalam ilmu.
2. Pandangan agama yang membabitkan hal bukan muslim di negara kita khususnya, dan dunia moden amnya, jika salah ditangani boleh memberikan kesan negatif kepada kefahaman masyarakat mengenai Islam. Kita memberitahu dunia ‘Islam adalah agama yang rahmat’, pasti mereka akan ragu jika kita mengeluarkan pandangan sebaliknya. Di kala dunia menuduh Islam pengganas, tiada nilai toleransi dan seumpamanya, pandangan-pandangan golongan agamawan janganlah membantu menyuburkan tuduhan palsu itu.
3. Di Malaysia, secara praktiknya, ramai yang terbiasa memberi ucapan –terutama di media-media kerajaan- “assalamualaikum dan salam sejahtera kepada yang bukan beragama Islam”. Walaupun Nabi s.a.w –seperti riwayat al-Bukhari-dalam praktik baginda, jika ada bukan muslim bersama dengan muslim baginda hanya memberikan ‘assalamualaikum’ sahaja. Perkataan ‘assalamualaikum’ itu memang bermaksud ‘kesejahteraan ke atas kamu’. Namun, diulangi oleh amalan media kerajaan dan majlis-majlis kerajaan dengan ungkapan ‘salam sejahtera kepada yang bukan beragama Islam’. Tidakkah ‘salam sejahtera kepada bukan beragama Islam’ itu satu doa untuk mereka. Mengapa tidak difatwakan ia haram selama ini? Demikian salam ciptaan baru ‘salam 1 Malaysia’ juga bermaksud kesejahteraan untuk semua termasuk bukan muslim. Mengapa tidak diharamkan?. Saya sekali lagi berpesan kepada diri saya sendiri yang amat daif ini: janganlah bersifat terpilih dalam berfatwa.
4. Para ulama berbeza pendapat tentang hukum mendoakan rahmat dan keampunan kepada bukan muslim yang masih hidup. Mereka sepakat melarang doa tersebut kepada yang sudah mati dan menolak Islam secara jelas. Kesepakatan itu disebabkan ia disebut dalam al-Quran dalam Surah al-Taubah ayat 113. Adapun mendoakan untuk mendapat hidayah, adalah ijmak (sepakat tanpa kecuali) para ulama membolehkannya, bahkan menggalakkan.
5. Kata Abdullah bin Mas’ud:
“Aku seakan masih melihat Rasulullah s.a.w menceritakan tentang seorang dalam kalangan nabi a.s yang kaumnya memukulnya sehingga berdarah, sedangkan dia hanya menyapu darah di mukanya dan berdoa: “Ya Allah! Ampunkanlah kaumku kerana mereka itu tidak tahu”. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menunjukkan berdoa agar Allah memaafkan atau jangan menurunkan bala kepada golongan kafir yang jahil adalah harus. Dalam ertikata lain diberi peluang untuk mereka. Ini sebenarnya, mendoakan agar mereka selamat dari bala yang Allah bakal turunkan.
6. Dalam hadis yang sahih riwayat al-Nasai dan Abu Daud, sahabah Nabi s.a.w pernah menjampi untuk seorang gila yang bukan muslim dengan Surah al-Fatihah sehingga sembuh. Ketua kabilah lelaki itu memberikan kepada sahabah berkenaan 100 ekor kambing. Nabi s.a.w bersabda kepada sahabah tersebut: “Makanlah, selama ini orang memakan dari jampi yang batil, engkau memakan dari jampi yang sebenar”. Jampi adalah sebahagian dari doa kepada Allah. Hadis ini menunjukkan boleh mendoakan kesembuhan dan kesihatan kepada bukan muslim.
7. Bagi saya, doa kebaikan untuk bukan muslim seperti agar memerintah dengan adil atau mendapat kesejahteraan kesihatan, keamanan, harta dan seumpamanya adalah dibolehkan. Dada Islam amat luas dalam hal ini. Syaratnya, doa kesejahteraan itu bukan untuk orang bukan muslim yang bermusuh dengan Islam. Firman Allah: (maksudnya):
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan memberikan sumbangan harta kepada orang-orang yang tidak memerangi kamu kerana ugama (kamu), dan tidak mengeluarkan kamu dari kampung halaman kamu; Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanyalah melarang kamu daripada menjadikan teman rapat orang-orang yang memerangi kamu kerana agama (kamu), dan mengeluarkan kamu dari kampung halaman kamu, serta membantu (orang lain) untuk mengusir kamu. dan (ingatlah), sesiapa yang menjadikan mereka teman rapat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (Surah al-Mumtahanah ayat 7-8).
8. Adapun berdoa agar diberikan kekuatan atau kekuasaan kepada mereka yang zalim adalah haram. Samada yang didoakan itu muslim atau bukan muslim. Firman Allah:
“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang melakukan kezaliman nanti api neraka akan menyentuh kamu, sedangkan kamu tidak ada sebarang penolong pun selain dari Allah. Kemudian (dengan sebab kecenderungan kamu itu) kamu tidak akan mendapat pertolongan” (Surah Hud: 113).
9. Namun, saya akui bahawa permainan politik boleh berlaku dalam semua aliran kepartian. Doakan mungkin digunakan dengan tujuan baik, juga mungkin tujuan kempen politik. Sebab itu ‘Ali bin Abi Talib pernah menyebut kepada golongan Khawarij yang menggunakan slogan agama:
“Perkataan yang benar, tetapi bertujuan batil” (Al-Khatib al-Baghdadi, Tarikh Baghdad, 304/10, Beirut: Dar al-Kutub al-’Ilmiyyah).
Saya tidak pasti doa dalam kes di Pulau Pinang tersebut dalam kategori mana.
10. Pun begitu, golongan agama tidak boleh membuat fatwa untuk keredhaan sesuatu pihak semata. Hukum yang bersifat merentasi masa dan tempat seperti kenyataan mengharamkan doa untuk kesejahteraan orang bukan muslim secara mutlak akan dipakai selamanya jika rakyat menerima sedemikian rupa tanpa penelitian atau pendetilan.
11. Dalam sebuah negara yang berbilang agama, adakah kesejahteraan dan keamanan akan tercapai jika salah satu masyarakatnya porak peranda. Jika masyarakat bukan Islam hidup dalam keadaan tidak aman dan bergolak sesama mereka, apakah negara akan aman? Jika seorang pemimpin muslim dibolehkan berusaha secara pentadbiran memulihkan keamanan dalam komuniti bukan muslim, apakah munasabah Islam mengharamkan pemimpin tersebut berdoa agar Allah memulihkan keamanan dan kesejahteraan dalam kalangan mereka?
12. Tambahan lain, perlu kita di Malaysia mendoakan agar bukan muslim menerima Islam ini. Orang cina khusus mereka rajin dan kaya. Jika mereka menerima Islam, agama ini menjadi teguh. Jika Nabi s.a.w pernah berdoa:
“Ya Allah! Engkau kuatkan Islam dengan salah seorang dari dua lelaki yang Engkau lebih sayang; Abu Jahl atau ‘Umar bin Al-Khattab”. (Riwayat al-Tarmizi dan al-Hakim, dinilai sahih oleh al-Zahabi).
Alangkah perlunya kita juga berdoa agar tokoh-tokoh yang hebat di negara ini menerima Islam.
Inilah pandangan ringkas saya. Saya percaya S.S Tan Sri Harussani Zakaria mempunyai tafsiran atau andaiannya yang tersendiri. Apapun, kita harapkan andaian dan tafsiran itu sentiasa memberikan nilai yang positif untuk Islam dan bebas dari belenggu kepentingan mana-mana pihak. Ini adalah pandangan saya.
Hadis: Apabila seseorang hamba berdusta
Ustaz Zahazan Mohamed
Renungan hari ni agar tidak berbohong: Imam al-Tirmizi meriwayatkan daripada Ibn Umar sabda Nabi s.a.w. yang bermaksud: “Apabila seseorang hamba berdusta, maka kedua-dua malaikatnya menjauh hingga satu batu kerana bau busuk yang diakibatkannya.” (Al-Tirmizi berkata, “Hasan gharib.”)
Renungan hari ni agar tidak berbohong: Imam al-Tirmizi meriwayatkan daripada Ibn Umar sabda Nabi s.a.w. yang bermaksud: “Apabila seseorang hamba berdusta, maka kedua-dua malaikatnya menjauh hingga satu batu kerana bau busuk yang diakibatkannya.” (Al-Tirmizi berkata, “Hasan gharib.”)
Saturday, August 21, 2010
Berkasih Sayang & Beriman
Ustaz Zahazan Mohamed
Sabda Nabi saw : "Kamu tidak akan memasuki syurga hinggalah kamu beriman, dan kamu tidak akan beriman hinggalah kamu berkasih sayang sesama kamu, mahukah kamu jika aku ajarkan kepada kamu satu perkara yang jika kamu lakukan akan menjadikan kamu berkasih sayang sesama kamu, jawab para sahabat : Ya wahai Nabi ! Baginda bersabda : Hendaklah kalian saling mengucapkan salam sesama kamu ! ( Rwyt Ahmad no 1412, al-Tirmizi no 2510, al-Baihaqi no 20854 )
Sabda Nabi saw : "Kamu tidak akan memasuki syurga hinggalah kamu beriman, dan kamu tidak akan beriman hinggalah kamu berkasih sayang sesama kamu, mahukah kamu jika aku ajarkan kepada kamu satu perkara yang jika kamu lakukan akan menjadikan kamu berkasih sayang sesama kamu, jawab para sahabat : Ya wahai Nabi ! Baginda bersabda : Hendaklah kalian saling mengucapkan salam sesama kamu ! ( Rwyt Ahmad no 1412, al-Tirmizi no 2510, al-Baihaqi no 20854 )
Membaca al-Quran hingga khatam
Ustaz Zahazan Mohamed
Renungan hari ni : Membaca al-Quran hingga khatam merupakan amalan yang sangat disukai malaikat. Imam Ahmad bin Marwan al-Dinawari dalam kitab al-Mujalasah meriwayatkan ucapan Sufyan al-Thauri, “Jika seorang manusia mengkhatamkan al-Quran, malaikat mencium keningnya.”
Renungan hari ni : Membaca al-Quran hingga khatam merupakan amalan yang sangat disukai malaikat. Imam Ahmad bin Marwan al-Dinawari dalam kitab al-Mujalasah meriwayatkan ucapan Sufyan al-Thauri, “Jika seorang manusia mengkhatamkan al-Quran, malaikat mencium keningnya.”
Sunday, August 1, 2010
BERBICARA DENGANNYA, APAKAH BAHAGIANKU
BERBICARA DENGANNYA, APAKAH BAHAGIANKU
Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah salah seorang daripada kamu semua melainkan ia akan diajak bicara langsung oleh tuhannya, tanpa ada di antara keduanya seorang penerjemah. Ia memandang ke arah kanannya, namun tidak melihat apa-apa kecuali amal perbuatan yang pernah ia lakukan. Ia memandang ke arah kirinya, namun ia tidak melihat apa-apa kecuali amal perbuatan yang pernah ia lakukan. Ia memandang ke hadapannya, namun ia tidak melihat apa-apa melainkan api Neraka.” Hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim daripada Adi bin Hatim ra.
Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah salah seorang daripada kamu semua melainkan ia akan diajak bicara langsung oleh tuhannya, tanpa ada di antara keduanya seorang penerjemah. Ia memandang ke arah kanannya, namun tidak melihat apa-apa kecuali amal perbuatan yang pernah ia lakukan. Ia memandang ke arah kirinya, namun ia tidak melihat apa-apa kecuali amal perbuatan yang pernah ia lakukan. Ia memandang ke hadapannya, namun ia tidak melihat apa-apa melainkan api Neraka.” Hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim daripada Adi bin Hatim ra.
TAFSIR SURAH AN-NAS petikan & diubahsuai dr Majalah Solusi Terbitan Telaga Biru
TAFSIR SURAH AN-NAS petikan & diubahsuai dr Majalah Solusi Terbitan Telaga Biru
Tafsir Surah al-Nas
Firman Allah Swt menerusi surah al-Nas ayat 1- ,maksudnya : (1) Katakanlah (wahai Muhammad): Aku berlindung kepada (Allah) Pemelihara sekalian manusia. (2) Yang Menguasai sekalian manusia, (3) Tuhan yang berhak disembah oleh sekalian manusia, (4) Dari kejahatan pembisik penghasut yang timbul tenggelam, (5) Yang melemparkan bisikan dan hasutannya ke dalam hati manusia, (6) (Iaitu pembisik dan penghasut) dari kalangan jin dan manusia.
Terdapat 3 sifat Allah swt yang difokuskan dalam surah ini iaitu: Rububiyyah , al-Mulk ( kerajaanNya ) dan Uluhiyyah ( Allah swt sebagai tempat untuk mempersembahkan ibadah secara mutlak ).Ayat ini meletakkan bahawa Allah swt merupakan pencipta yang bersifat dengan segala sifat kesempurnaan dengan penguasaan mutlaknya alam semesta.Lalu Dia menetapkan bahawa hamba mestilah mengerjakan ibadah secara khas buatNya, tanpa melakukan sebarang bentuk perbuatan syirik.
Menyedari kekuasaan yang ada padaNya, maka manusia hendaklah memohon bantuan daripada Allah untuk mendapatkan perlindungan dari gangguan syaitan yang tidak kelihatan itu.Ini disebabkan manusia sentiasa digoda oleh qarin iaitulah syaitan yang menyertainya sepanjang kehidupannya.Tugas syaitan ini adalah membisikkan kepadanya agar berbuat maksiat dan meninggalkan perintahNya.Nabi saw bersabda yang bermaksud : Tidak ada seorangpun dari kalian melainkan telah diutuskan kepadanya qarin ( pendamping ) daripada kalangan jin.Para sahabat lantas bertanya : Termasuk Nabi juga ? Jawapan Nabi : Ya, Cuma Allah telah membantuku ke atasnya menyebabkannya masuk Islam, maka ia hanya menyuruhku melakukan kebaikan ! ( Riwayat Muslim no 2814 )
Penglibatan syaitan dalam memporakporandakan hubungan manusia ini hingga timbul silap faham, fitnah dan penganiyaan ini amatlah jelas.Justeru Nabi yang mulia, menganjurkan kita agar mengelakkan fitnah dari berlaku.Pernah dalam satu kesemptan ketika berjalan bersama isteri Nabi saw, ummulmukminin Safiyyah r.ha, lalu Nabi bertembung dengan dua orang sahabat Ansar.Kedua orang sahabat itu kelihatan menyegerakan perjalanannya.Nabi saw lantas memanggil keduanya lalu bersabda : “Ini adalah isteriku Safiyyah ! Mereka mengatakan : Maha suci Allah ! Jawapan Nabi saw : “ Sesungguhnya syaitan mengalir dalam tubuh manusia seperti aliran darah !
Menurut Saeid bin Jubair r.a, Ibn Abbas menerangkan bahawa firman Allah ( ) yang bermaksud bisikan syaitan yang bersembunyi merujuk kepada keberadaan syaitan yang selalunya berada dekat dengan hati manusia.Apabila hati itu lalai, maka dia mula membisikkan kepadanya agar berbuat kejahatan.Sebaliknya apabila dia mengingati Allah, maka syaitan yang berada dekat dengan hatinya akan lari mengasingkan diri, malahan apabila diucapkan basmalah, maka dia akan menjadi kecil seperti lalat sebelum melarikan dirinya.Demikian seperti penjelasan yang dikumpulkan dari hadis-hadis seperti yang terdapat dalam tafsir Ibn Jarir, al-Qurtubiy dan Ibn Athiyyah.
Apabila perancangan syaitan dan bala tenteranya itu bersifat berterusan tanpa henti dan tanpa mengambil kira waktu maka kita mendapati Allah swt menggunakan kata nama was-was yang diambil dari perkataan al-was wasat (الوسوسة ).Menurut Al-Asfahani dalam kitabnya al-Mufradat, salah satu makna asal kepada Kata Nama al-was wasat ini diambil bunyi perhiasan seperti rantai yang sentiasa mengeluarkan bunyi sepanjang waktu.Dari sini kita dapat melihat bahwa penggunaan kalimah al-Quran mengisyaratkan kepada kita betapa gangguan dan godaan syaitan ini bersifat berterusan, tanpa disedari seperti juga keadaan pemakai gelang yang kurang sedar bahawa gelangnya itu mengeluarkan bunyi geseran.
Menerusi ayat ke 5 Allah swt menjelaskan kepada kita bahawa panah yang dilemparkan oleh syaitan berupa bisikan untuk melakukan kejahatan ini berkaitan rapat dengan hati.Sekiranya hati itu sudah dikawal oleh syaitan maka semua tindak tanduknya akan mengarah kepada kehendak syaitan,membelakangkan kehendak Allah swt.Akhirnya dalam ayat yang terakhir Allah swt memberitahu sekalian manusia sebenarnya di samping jin yang menyesatkan ini, manusia juga berperanan menyesatkan kita.Hakikat ini jelas berlaku kerana manusia juga merupakan satu agen yang menyesatkan orang lain.Ia adalah realiti yang tidak dapat kita nafikan dalam kehidupan. Dalam surah al-An’am ayat ke 112, Allah swt berfirman maksudnya : Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh dari Syaitan-syaitan, manusia dan jin, setengahnya membisikkan kepada setengahnya yang lain kata-kata dusta yang indah-indah susunannya untuk memperdaya pendengarnya dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah mereka tidak melakukannya. Oleh itu, biarkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan (dari perbuatan yang kufur dan dusta) itu.
Ayat ini menunjukkan bahawa manusia juga mampu bertindak seperti kelakuan syaitan yang mendorong kita melakukan maksiat dengan pengaruh kata-kata dan tindakan.
Cara paling efektif menjaga diri daripada gangguan syaitan ini dijelaskan dalam firman Allah menerusi ayat ke 201 dari surah al-A’raf yang bermaksud : Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, apabila mereka disentuh oleh sesuatu imbasan hasutan dari Syaitan, mereka ingat (kepada ajaran Allah) maka dengan itu mereka nampak (jalan yang benar).
Justeru kita hendaklah sentiasa berdamping dengan Allah mentaatiNya dalam segenap urusan sentiasa berta’awwuz, memohon perlindungan denganNya dari bisikan syaitan.Muslim juga hendaklah mematuhi bisikan malaikat yang dalam masa yang sama memujuknya melakukan amal salih.Demikian pula tambahan yang penulis petik dari tafsir al-Muharrar al-Wajiz.
Selain itu beriltizam dengan amalan-amalan tertentu juga dapat menyelamatkan kita dari menjadi mangsa gangguan syaitan.Ini termasuklah menjaga wudhuk, mengamalkan al-Basmalah, berta’awwuz ( membaca A’uzubilLah ), mengamalkan ayatul kursi, membaca al-Mu’awwizatain, membaca keseluruhan surah al-baqarah dan mengucapkan tahlil ( ucapan La ilaha illalLah ).Ini antara yang disenaraikan dalam kitab Rahmatan lil Alamin dalam bab menceritakan tentang dakwah Nabi kepada golongan jin.Wallahu a’lam.
Tafsir Surah al-Nas
Firman Allah Swt menerusi surah al-Nas ayat 1- ,maksudnya : (1) Katakanlah (wahai Muhammad): Aku berlindung kepada (Allah) Pemelihara sekalian manusia. (2) Yang Menguasai sekalian manusia, (3) Tuhan yang berhak disembah oleh sekalian manusia, (4) Dari kejahatan pembisik penghasut yang timbul tenggelam, (5) Yang melemparkan bisikan dan hasutannya ke dalam hati manusia, (6) (Iaitu pembisik dan penghasut) dari kalangan jin dan manusia.
Terdapat 3 sifat Allah swt yang difokuskan dalam surah ini iaitu: Rububiyyah , al-Mulk ( kerajaanNya ) dan Uluhiyyah ( Allah swt sebagai tempat untuk mempersembahkan ibadah secara mutlak ).Ayat ini meletakkan bahawa Allah swt merupakan pencipta yang bersifat dengan segala sifat kesempurnaan dengan penguasaan mutlaknya alam semesta.Lalu Dia menetapkan bahawa hamba mestilah mengerjakan ibadah secara khas buatNya, tanpa melakukan sebarang bentuk perbuatan syirik.
Menyedari kekuasaan yang ada padaNya, maka manusia hendaklah memohon bantuan daripada Allah untuk mendapatkan perlindungan dari gangguan syaitan yang tidak kelihatan itu.Ini disebabkan manusia sentiasa digoda oleh qarin iaitulah syaitan yang menyertainya sepanjang kehidupannya.Tugas syaitan ini adalah membisikkan kepadanya agar berbuat maksiat dan meninggalkan perintahNya.Nabi saw bersabda yang bermaksud : Tidak ada seorangpun dari kalian melainkan telah diutuskan kepadanya qarin ( pendamping ) daripada kalangan jin.Para sahabat lantas bertanya : Termasuk Nabi juga ? Jawapan Nabi : Ya, Cuma Allah telah membantuku ke atasnya menyebabkannya masuk Islam, maka ia hanya menyuruhku melakukan kebaikan ! ( Riwayat Muslim no 2814 )
Penglibatan syaitan dalam memporakporandakan hubungan manusia ini hingga timbul silap faham, fitnah dan penganiyaan ini amatlah jelas.Justeru Nabi yang mulia, menganjurkan kita agar mengelakkan fitnah dari berlaku.Pernah dalam satu kesemptan ketika berjalan bersama isteri Nabi saw, ummulmukminin Safiyyah r.ha, lalu Nabi bertembung dengan dua orang sahabat Ansar.Kedua orang sahabat itu kelihatan menyegerakan perjalanannya.Nabi saw lantas memanggil keduanya lalu bersabda : “Ini adalah isteriku Safiyyah ! Mereka mengatakan : Maha suci Allah ! Jawapan Nabi saw : “ Sesungguhnya syaitan mengalir dalam tubuh manusia seperti aliran darah !
Menurut Saeid bin Jubair r.a, Ibn Abbas menerangkan bahawa firman Allah ( ) yang bermaksud bisikan syaitan yang bersembunyi merujuk kepada keberadaan syaitan yang selalunya berada dekat dengan hati manusia.Apabila hati itu lalai, maka dia mula membisikkan kepadanya agar berbuat kejahatan.Sebaliknya apabila dia mengingati Allah, maka syaitan yang berada dekat dengan hatinya akan lari mengasingkan diri, malahan apabila diucapkan basmalah, maka dia akan menjadi kecil seperti lalat sebelum melarikan dirinya.Demikian seperti penjelasan yang dikumpulkan dari hadis-hadis seperti yang terdapat dalam tafsir Ibn Jarir, al-Qurtubiy dan Ibn Athiyyah.
Apabila perancangan syaitan dan bala tenteranya itu bersifat berterusan tanpa henti dan tanpa mengambil kira waktu maka kita mendapati Allah swt menggunakan kata nama was-was yang diambil dari perkataan al-was wasat (الوسوسة ).Menurut Al-Asfahani dalam kitabnya al-Mufradat, salah satu makna asal kepada Kata Nama al-was wasat ini diambil bunyi perhiasan seperti rantai yang sentiasa mengeluarkan bunyi sepanjang waktu.Dari sini kita dapat melihat bahwa penggunaan kalimah al-Quran mengisyaratkan kepada kita betapa gangguan dan godaan syaitan ini bersifat berterusan, tanpa disedari seperti juga keadaan pemakai gelang yang kurang sedar bahawa gelangnya itu mengeluarkan bunyi geseran.
Menerusi ayat ke 5 Allah swt menjelaskan kepada kita bahawa panah yang dilemparkan oleh syaitan berupa bisikan untuk melakukan kejahatan ini berkaitan rapat dengan hati.Sekiranya hati itu sudah dikawal oleh syaitan maka semua tindak tanduknya akan mengarah kepada kehendak syaitan,membelakangkan kehendak Allah swt.Akhirnya dalam ayat yang terakhir Allah swt memberitahu sekalian manusia sebenarnya di samping jin yang menyesatkan ini, manusia juga berperanan menyesatkan kita.Hakikat ini jelas berlaku kerana manusia juga merupakan satu agen yang menyesatkan orang lain.Ia adalah realiti yang tidak dapat kita nafikan dalam kehidupan. Dalam surah al-An’am ayat ke 112, Allah swt berfirman maksudnya : Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh dari Syaitan-syaitan, manusia dan jin, setengahnya membisikkan kepada setengahnya yang lain kata-kata dusta yang indah-indah susunannya untuk memperdaya pendengarnya dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah mereka tidak melakukannya. Oleh itu, biarkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan (dari perbuatan yang kufur dan dusta) itu.
Ayat ini menunjukkan bahawa manusia juga mampu bertindak seperti kelakuan syaitan yang mendorong kita melakukan maksiat dengan pengaruh kata-kata dan tindakan.
Cara paling efektif menjaga diri daripada gangguan syaitan ini dijelaskan dalam firman Allah menerusi ayat ke 201 dari surah al-A’raf yang bermaksud : Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, apabila mereka disentuh oleh sesuatu imbasan hasutan dari Syaitan, mereka ingat (kepada ajaran Allah) maka dengan itu mereka nampak (jalan yang benar).
Justeru kita hendaklah sentiasa berdamping dengan Allah mentaatiNya dalam segenap urusan sentiasa berta’awwuz, memohon perlindungan denganNya dari bisikan syaitan.Muslim juga hendaklah mematuhi bisikan malaikat yang dalam masa yang sama memujuknya melakukan amal salih.Demikian pula tambahan yang penulis petik dari tafsir al-Muharrar al-Wajiz.
Selain itu beriltizam dengan amalan-amalan tertentu juga dapat menyelamatkan kita dari menjadi mangsa gangguan syaitan.Ini termasuklah menjaga wudhuk, mengamalkan al-Basmalah, berta’awwuz ( membaca A’uzubilLah ), mengamalkan ayatul kursi, membaca al-Mu’awwizatain, membaca keseluruhan surah al-baqarah dan mengucapkan tahlil ( ucapan La ilaha illalLah ).Ini antara yang disenaraikan dalam kitab Rahmatan lil Alamin dalam bab menceritakan tentang dakwah Nabi kepada golongan jin.Wallahu a’lam.
Tafsir Surah al-Tien petikan drp Majalah Solusi Terbitan Telaga Biru Sdn Bhd
Tafsir Surah al-Tien petikan drp Majalah Solusi Terbitan Telaga Biru Sdn Bhd
Firman Allah SWT menerusi ayat pertama hingga ke 8 dari surah al-Tiin : Demi buah tiin dan zaitun, Dan gunung Tursina, Serta negeri (Mekah) yang aman ini; Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (dan berkelengkapan sesuai dengan keadaannya). Kemudian (jika dia panjang umur sehingga tua atau menyalahgunakan kelengkapan itu), Kami kembalikan dia ke serendah-rendah peringkat orang-orang yang rendah, Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, maka mereka beroleh pahala yang tidak putus-putus. (Jika demikian kekuasaanKu), maka apa pula yang menjadikan engkau seorang pendusta, (berkata tidak benar) mengenai hari pembalasan, sesudah (ternyata dalil-dalil yang membuktikan kekuasaanKu mengadakan hari pembalasan) itu? Bukankah Allah (yang demikian kekuasaanNya) seadil-adil Hakim?
LATAR BELAKANG SURAH
Tema utama surah ini adalah menyentuh tentang kesempurnaan kejadian manusia dan faktor kejatuhannya.Surah ini mengingatkan manusia bahawa kesempurnaan kejadiannya hanyalah berlaku apabila dia menggunakan segenap potensi yang Allah bekalkan selari dengan petunjuk dan perintahNya.Kejatuhannya pula adalah disebabkan pengabaiannya segala anugerah-anugerah Allah SWT itu.
Surah ini dimulakan dengan sumpah Allah SWT berkaitan empat perkara iaitu :
1. Al-Tin yang merujuk kepada pokok Tin yang tumbuh subur di negara Timur Tengah.Ini merupakan pandangan Mujahid.
2. Al-Zaitun iaitu pokok Zaitun atau tempat Nabi Isa menerima wahyu.
3. Bukit Sinai yang pernah diutuskan Nabi Musa AS ke kawasan itu berdakwah kepada Firaun.Ini adalah pandangan Ka’bul Ahbar.
4. Kota Makkah yang digambarkan Allah sebagai bumi yang aman yang menjadi tempat kebangkitan Nabi dan Rasul yang terakhir iaitu Nabi Muhammad SAW.Pandangan ini hampir disepakati oleh semua ahli tafsir seperti Ibn Abbas, Mujahid, Ikrimah, al-Hasan, Ibrahim al-Nakha’ei, Ibn Zaid dan Ka’bul Ahbar.
Apa yang ditafsirkan di atas adaah tafsiran yang masyhur yang boleh kita lihat dalam kitab-kitab tafsir.Namun tidak dinafikan pandangan-pandangan yang lain contohnya seperti yang dinyatakan oleh tafsir Ibn Jarir al-Tabariy, menurut huraian Ibn Abbas r.a al-Tin adalah merupakan masjid yang terletak atas bukit Judiy dibangunkan oleh Nabi Nuh AS.
Al-Zaitun pula seperti yang ditafsirkan oleh Ka’bul Ahbar, Qatadah, Ibn Zaid adalah merujuk kepada tanah Baitul Maqdis yang mendapat keberkatan oleh Allah SWT.Mujahid dan Ikrimah pula mentafsirkan ia sebagai buah zaitun yang diperah untuk mendapatkan minyaknya yang penuh dengan khasiat.
Menurut Ibn Kathir dalam tafsirnya, sebahagian besar ulama mengatakan maksud Allah itu adalah untuk menunjukkan keutamaan 3 daerah yang penting di muka bumi yang pernah menyaksikan perutusan para Nabi di kalangan Ulul Azmi yang membawa tiga watikah besar iaitu Nabi Muhammad yang diutuskan di bumi Makkah ( al-Baladul Amin ), Nabi Isa yang dituskan di bumi yang dipenuhi dengan pokok Tin ( Wal-Tin ) dan Kawasan Sinai ( Turusinin ) yang pernah diutuskan Nabi Musa AS.Ibn Kathir memperkukuhkan hujjahnya dengan mengemukakan seruan yang hampir sama yang dapat kita lihat dalam kitab Taurat.
Kemudian dalam ayat ke 3 Allah menyebut satu dari nikmat kejadian manusia iaitu pembentukannya dalam bentuk dan struktur yang paling indah, tegak dengan anggota yang lengkap dan normal.Ayat ini mempunyai kaitan dengan ayat ke 70 surah al-Isra apabila Allah menceritakan kemuliaan manusia sesuai dengan jawatan khalifah yang dipegangnya.Firman Allah dalam surah al-Isra ayat ke 70, maksudnya : Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam dan Kami telah beri mereka menggunakan berbagai-bagai kenderaan di darat dan di laut dan Kami telah memberikan rezeki kepada mereka dari benda-benda yang baik-baik serta Kami telah lebihkan mereka dengan selebih-lebihnya atas banyak makhluk-makhluk yang telah Kami ciptakan.
Ayat ini juga memiliki kesamaan dari sudut mesejnya dengan ayat ke 8 surah al-Infitar, yang bermaksud : Tuhan yang telah mencipta dan mengatur kejadianmu, lalu menjadikan anggotamu sesuai (dengan tujuan yang kerananya anggota itu diadakan), serta menjadikan (binaan tubuh badanmu) sama padan dengan kekuatannya; Dalam bentuk dan rupa apa sahaja yang dikehendakiNya, Dia menyusun kejadianmu.
Ayat ke 5 menjelaskan bahawa Allah SWT akan menjadikan kejadian yang mulia itu menjadi hina hingga akhirnya menjadi bahan bakaran api neraka.Penghinaan ini adalah berpunca dari kegagalan manusia mentaati Allah dan rasulNya.
Perkara ini adalah bertepatan dengan maksud hadis, riwayat Ahmad, Muslim dan lain-lain : Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat kepada rupa paras kamu tetapi Dia melihat kepada hati-hati kamu dan amalan kamu.
Terdapat juga pandangan dari Ibn Abbas seperti yang dinukilkan dalam Sahih Tafsir Ibn Kathir bahawa ayat ini merujuk pada golongan yang menghafaz ayat-ayat al-Quran tetapi kemudian sengaja melupakannya.Mereka akan ditimpa penyakit lupa ke peringkat nyanyuk.Riwayat ini pada dasarnya juga mendapat pilihan di sisi imam al-Mufassirin, Ibn Jarir dalam tafsirnya.
Kemudian Allah mengecualikan dalam ayat ke 6 bahawa di kalangan manusia yang terselamat dari menjadi hina.Mereka itu adalah golongan yang mentaati Allah dan rasulNya.Bagi manusia dalam golongan ini mereka akan mendapat ganjaran yang tidak putus-putus.Pahala yang dijanjikan ini akan terus mengalir umpama air yang berterusan untuknya.
Dalam ayat yang ke 7 dan ke 8 Allah SWT berfirman memberikan amaran mengapakah manusia masih melakukan pendustaan tentang hari pembalasan yang pasti berlaku itu.Kebanyakan manusia menolak hakikat ini sekalipun hati kecil mereka membenarkannya.Perkara ini ternyata disebabkan bergelumangnya seseorang itu dengan maksiat sehingga payah baginya untuk menerima ketetapan hukuman .
Akhirnya pada hujung surah ini menerusi ayat yag terakhir Allah SWT berfirman maksudnya : Bukankah Allah (yang demikian kekuasaanNya) seadil-adil Hakim? Diantara bukti keadilanNya ialah mengadakan mahkamah persidangan pada hari Kiamat untuk mengembalikan hak kepada yang berhak.
Sampai kepada kita menerusi hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah r.a bahawa kita dituntut apabila membaca surah al-Tin ini lalu sampai kepada ayat yang terakhir untuk mengucapkan : بَلى، وَأنَا عَلى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِينَ.Maksud ucapan ini adalah : Sungguh ! itu benar, dan aku termasuk orang-orang yang bersaksi !
Firman Allah SWT menerusi ayat pertama hingga ke 8 dari surah al-Tiin : Demi buah tiin dan zaitun, Dan gunung Tursina, Serta negeri (Mekah) yang aman ini; Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (dan berkelengkapan sesuai dengan keadaannya). Kemudian (jika dia panjang umur sehingga tua atau menyalahgunakan kelengkapan itu), Kami kembalikan dia ke serendah-rendah peringkat orang-orang yang rendah, Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, maka mereka beroleh pahala yang tidak putus-putus. (Jika demikian kekuasaanKu), maka apa pula yang menjadikan engkau seorang pendusta, (berkata tidak benar) mengenai hari pembalasan, sesudah (ternyata dalil-dalil yang membuktikan kekuasaanKu mengadakan hari pembalasan) itu? Bukankah Allah (yang demikian kekuasaanNya) seadil-adil Hakim?
LATAR BELAKANG SURAH
Tema utama surah ini adalah menyentuh tentang kesempurnaan kejadian manusia dan faktor kejatuhannya.Surah ini mengingatkan manusia bahawa kesempurnaan kejadiannya hanyalah berlaku apabila dia menggunakan segenap potensi yang Allah bekalkan selari dengan petunjuk dan perintahNya.Kejatuhannya pula adalah disebabkan pengabaiannya segala anugerah-anugerah Allah SWT itu.
Surah ini dimulakan dengan sumpah Allah SWT berkaitan empat perkara iaitu :
1. Al-Tin yang merujuk kepada pokok Tin yang tumbuh subur di negara Timur Tengah.Ini merupakan pandangan Mujahid.
2. Al-Zaitun iaitu pokok Zaitun atau tempat Nabi Isa menerima wahyu.
3. Bukit Sinai yang pernah diutuskan Nabi Musa AS ke kawasan itu berdakwah kepada Firaun.Ini adalah pandangan Ka’bul Ahbar.
4. Kota Makkah yang digambarkan Allah sebagai bumi yang aman yang menjadi tempat kebangkitan Nabi dan Rasul yang terakhir iaitu Nabi Muhammad SAW.Pandangan ini hampir disepakati oleh semua ahli tafsir seperti Ibn Abbas, Mujahid, Ikrimah, al-Hasan, Ibrahim al-Nakha’ei, Ibn Zaid dan Ka’bul Ahbar.
Apa yang ditafsirkan di atas adaah tafsiran yang masyhur yang boleh kita lihat dalam kitab-kitab tafsir.Namun tidak dinafikan pandangan-pandangan yang lain contohnya seperti yang dinyatakan oleh tafsir Ibn Jarir al-Tabariy, menurut huraian Ibn Abbas r.a al-Tin adalah merupakan masjid yang terletak atas bukit Judiy dibangunkan oleh Nabi Nuh AS.
Al-Zaitun pula seperti yang ditafsirkan oleh Ka’bul Ahbar, Qatadah, Ibn Zaid adalah merujuk kepada tanah Baitul Maqdis yang mendapat keberkatan oleh Allah SWT.Mujahid dan Ikrimah pula mentafsirkan ia sebagai buah zaitun yang diperah untuk mendapatkan minyaknya yang penuh dengan khasiat.
Menurut Ibn Kathir dalam tafsirnya, sebahagian besar ulama mengatakan maksud Allah itu adalah untuk menunjukkan keutamaan 3 daerah yang penting di muka bumi yang pernah menyaksikan perutusan para Nabi di kalangan Ulul Azmi yang membawa tiga watikah besar iaitu Nabi Muhammad yang diutuskan di bumi Makkah ( al-Baladul Amin ), Nabi Isa yang dituskan di bumi yang dipenuhi dengan pokok Tin ( Wal-Tin ) dan Kawasan Sinai ( Turusinin ) yang pernah diutuskan Nabi Musa AS.Ibn Kathir memperkukuhkan hujjahnya dengan mengemukakan seruan yang hampir sama yang dapat kita lihat dalam kitab Taurat.
Kemudian dalam ayat ke 3 Allah menyebut satu dari nikmat kejadian manusia iaitu pembentukannya dalam bentuk dan struktur yang paling indah, tegak dengan anggota yang lengkap dan normal.Ayat ini mempunyai kaitan dengan ayat ke 70 surah al-Isra apabila Allah menceritakan kemuliaan manusia sesuai dengan jawatan khalifah yang dipegangnya.Firman Allah dalam surah al-Isra ayat ke 70, maksudnya : Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam dan Kami telah beri mereka menggunakan berbagai-bagai kenderaan di darat dan di laut dan Kami telah memberikan rezeki kepada mereka dari benda-benda yang baik-baik serta Kami telah lebihkan mereka dengan selebih-lebihnya atas banyak makhluk-makhluk yang telah Kami ciptakan.
Ayat ini juga memiliki kesamaan dari sudut mesejnya dengan ayat ke 8 surah al-Infitar, yang bermaksud : Tuhan yang telah mencipta dan mengatur kejadianmu, lalu menjadikan anggotamu sesuai (dengan tujuan yang kerananya anggota itu diadakan), serta menjadikan (binaan tubuh badanmu) sama padan dengan kekuatannya; Dalam bentuk dan rupa apa sahaja yang dikehendakiNya, Dia menyusun kejadianmu.
Ayat ke 5 menjelaskan bahawa Allah SWT akan menjadikan kejadian yang mulia itu menjadi hina hingga akhirnya menjadi bahan bakaran api neraka.Penghinaan ini adalah berpunca dari kegagalan manusia mentaati Allah dan rasulNya.
Perkara ini adalah bertepatan dengan maksud hadis, riwayat Ahmad, Muslim dan lain-lain : Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat kepada rupa paras kamu tetapi Dia melihat kepada hati-hati kamu dan amalan kamu.
Terdapat juga pandangan dari Ibn Abbas seperti yang dinukilkan dalam Sahih Tafsir Ibn Kathir bahawa ayat ini merujuk pada golongan yang menghafaz ayat-ayat al-Quran tetapi kemudian sengaja melupakannya.Mereka akan ditimpa penyakit lupa ke peringkat nyanyuk.Riwayat ini pada dasarnya juga mendapat pilihan di sisi imam al-Mufassirin, Ibn Jarir dalam tafsirnya.
Kemudian Allah mengecualikan dalam ayat ke 6 bahawa di kalangan manusia yang terselamat dari menjadi hina.Mereka itu adalah golongan yang mentaati Allah dan rasulNya.Bagi manusia dalam golongan ini mereka akan mendapat ganjaran yang tidak putus-putus.Pahala yang dijanjikan ini akan terus mengalir umpama air yang berterusan untuknya.
Dalam ayat yang ke 7 dan ke 8 Allah SWT berfirman memberikan amaran mengapakah manusia masih melakukan pendustaan tentang hari pembalasan yang pasti berlaku itu.Kebanyakan manusia menolak hakikat ini sekalipun hati kecil mereka membenarkannya.Perkara ini ternyata disebabkan bergelumangnya seseorang itu dengan maksiat sehingga payah baginya untuk menerima ketetapan hukuman .
Akhirnya pada hujung surah ini menerusi ayat yag terakhir Allah SWT berfirman maksudnya : Bukankah Allah (yang demikian kekuasaanNya) seadil-adil Hakim? Diantara bukti keadilanNya ialah mengadakan mahkamah persidangan pada hari Kiamat untuk mengembalikan hak kepada yang berhak.
Sampai kepada kita menerusi hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah r.a bahawa kita dituntut apabila membaca surah al-Tin ini lalu sampai kepada ayat yang terakhir untuk mengucapkan : بَلى، وَأنَا عَلى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِينَ.Maksud ucapan ini adalah : Sungguh ! itu benar, dan aku termasuk orang-orang yang bersaksi !
Kedudukan di sisi Allah
Seorang sahabat Nabi yang bernama Samurah bin Jundab pernah berkata, “Barang siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, maka periksalah kedudukan Allah di sisinya.” (HR Ibn Al-Mubarak pada kitab Al-Zuhd).
Subscribe to:
Posts (Atom)